Foto: habib syakur ali mahdi al hamid Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi
JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menyampaikan bahwa ada indikasi terjadi operasi glorifikasi narasi negatif yang saat ini tengah dialamatkan kepada institusi Polri.
Hal ini disampaikan pasca banyaknya kasus dugaan pelanggaran kode etik profesi Polri yang dilakukan sejumlah anggota Kepolisian yang berujung tewasnya orang lain, baik sesama Polri maupun kepada masyarakat sipil.
“Saya kok melihat ini ada operasi untuk mengglorifikasi narasi negatif ke Polri. Ini ramai pasca ada salah satu petinggi partai politik yang sedang mewacanakan Polri di bawah TNI maupun Kemendagri,” kata Habib Syakur, Kamis (5/12).
Menurutnya, semua kejadian yang saat ini sedang naik ke permukaan seperti ; kasus penembakan polisi kepada polisi yang terjadi di Solok Selatan, kemudian polisi tembak pelajar di Semarang Barat, dan yang baru-baru ini muncul, adalah posisi tembak mati terduga pencuri sepeda motor di depan anak dan istrinya di Lampung Timur.
Habib Syakur menilai, insiden-insiden dan kasus tersebut akan menjadi bahan bakar untuk melancarkan narasi negatif kepada Polri saat ini. Pun jika memang kejadian itu benar adanya, seharusnya hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi institusi Kepolisian untuk menyikapinya.
“Saya melihatnya begini ya. Jika ada sebuah kasus pelanggaran hukum apa pun itu namanya yang dilakukan oleh oknum Polri, tentu Polisi wajib menindaklanjuti dan menegakkan hukum seadil dan setegak-tegaknya,” ujarnya.
“Ya ini bisa memberikan kepercayaan publik kepada Polri, bahwa Polisi tidak akan membela oknumnya yang salah dan berlaku kriminal,” sambungnya.
Lantas, ia juga berharap kasus-kasus tersebut ditindaklanjuti secara transparan. Sebab menurutnya, langkah ini akan sedikit memberikan tameng bagi kelompok tertentu untuk mendiskreditkan lembaga Polri yang saat ini berstatus independen karena bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
“Betul, ini jadi tantangan besarnya. Ketika ada kasus yang coba dibelokkan atau ditutup-tutupi, malah nanti bisa jadi bom waktu. Terbuka dan akuntabel saja, pasti banyak banget rakyat yang mendukung Polri kok,” tuturnya.
Terlebih kata Habib Syakur, survey terkini tentang kepercayaan masyarakat pada Polri juga sangat tinggi. Menurut data Litbang Kompas untuk rentang waktu Mei-Juni 2024, tingkat kepercayaan mencapai 73,1%.
Dengan demikian, ia menyarankan agar Polri tetap menunjukkan kredibilitasnya. Siapa pun anggota Polri yang nakal dan melakukan tindak kriminal, segera ditindak sesuai hukum dan menjunjung tinggi nilai akuntabilitasnya.
“Kuncinya, Polisi harus terbuka, jangan ada yang ditutup-tutupi karena pasti akan memicu kecurigaan dari masyarakat kok,” tandasnya.
Melalui sikap yang transparan, ikhlas dan menjunjung tinggi aspek kredibilitas menjadi kunci rakyat tetap percaya bahwa Polri mampu bekerja menjadi pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat.
“Waspada penumpang gelap dan pembakar sumbu. Polri sedang diuji sekarang. Saya yakin dan saya percaya semua rakyat Indoensia juga yakin, Polri mampu melewati badai ini,” pungkasnya.